“SEMUANYA TARUH TAS DI ATAS MEJA!” teriak seseorang yang baru saja memasuki kelas yang semua orang pasti tau adalah anak osis.
“Mampus, Yelena lagi yang natib.” kata teman sebangku Pricilla.
Pricilla menaruh tasnya di atas meja. Kali ini tasnya aman karena ia memakai tas ransel biasa, tapi tidak dengan seluruh isinya.
Mereka mulai menggeledah satu per satu tas siswa-siswi di kelas Pricilla itu.
“Lo mau sekolah apa dandan? Banyak banget make up nya bahkan buku lo cuma dua yang dibawa.” Yelena mengeluarkan seluruh barang-barang yang tidak seharusnya dibawa oleh Pricilla. Alat-alat make up, parfum, bahkan sabun cuci muka dibawa olehnya.
“Yang tasnya gue ambil, ikut ke lapangan sekarang.” kata Yelena, membawa beberapa tas kepunyaan para siswa kelas itu, tak terkecuali kepunyaan Pricilla.
Sesampainya di lapangan, anak-anak osis itu menjadikan satu semua barang yang seharusnya tidak dibawa oleh siswa di satu meja besar di depan para siswa yang melanggar peraturan sekolah.
“Kalian semua yang ada disini, berdiri hormat ke bendera sampe gue bubarin!” teriak Yelena.
Semua yang ada disitu hanya diam tanpa suara, sambil melaksanakan apa yang diperintahkan Yelena.
Beberapa menit berlalu, Yelena yang dari tadi mondar mandir mengawasi sekarang berada di belakang Pricilla.
“Wuihh, warnain rambut. Keren lo kayak gini?” ucap Yelena, yang tiba-tiba menarik rambut Pricilla.
“ARGH SAKIT!” teriak Pricilla. Orang-orang langsung menoleh ke arahnya.
“Kenapa? Sakit? Udah tau bakal kena malah santai-santai aja. Gue tau cowo lo itu pasti udah ngasih tau kan kalo bakal ada razia? Tapi berani juga ya lo santai banget gini. Mentang-mentang cowo lo ketua osis terus lo seenaknya aja gitu? Bisa dapet backingan? Tapi nyatanya? Enggak kan? Pacar lo aja ga ada nyamperin lo sama sekali. Kasian banget siih.” ucap Yelena panjang lebar, ia masih menarik rambut Pricilla.
“Lo ada masalah apa sih sama gue? Lepasin rambut gue sakit. Cemburu lo? Masih suka sama mantan? Ga bisa move on? Terus lo dendam sama gue apa gimana?” ucap Pricilla. Yelena makin erat menarik rambut itu.
“YELENA, LEPASIN!” teriak seseorang yang tak lain adalah Arthur yang sedang menghampiri mereka.
“Gue bilang, lepas. Kita disini buat nertib in siswa yang ngelanggar peraturan. Dan seharusnya sikap lo nggak kayak gini. Kalo gitu, sama aja lo sama mereka. Lepasin.” ucap Arthur tegas. Yelena melepas cengkramannya dari rambut Pricilla.
“Yelena lo ikut baris, hormat bendera.” ucap Arthur, lalu menatap Pricilla dan menghela napasnya lalu pergi begitu saja.