Nana, Caca.


“Niih eskrim lo.” kata Bintang sambil menyodorkan eskrim rasa stroberi kesukaan Sasha.

“Makasih.” jawab Sasha singkat.

“Hemat banget lo ngomong, abis baterai lo?” tanya Bintang ke Sasha.

“Ga mood.”

Sasha memakan eskrimnya dengan pelan, menahan tangis.

Tapi apa daya, tetap saja ia meneteskan air mata. Bintang yang melihat Sasha tiba-tiba menangis panik.

“Lo kenapa? Keselek eskrim? Tapi masa keselek eskrim? Lo kenapa?”

Sasha hanya menggeleng. Kini ia benar-benar menumpahkan semua air matanya.

“Tenang dulu Ca, kalo udah lega, nanti cerita.” ucap Bintang pada Sasha, menunggu temannya itu tenang.


“Kak Kala mau pergi.” kata Sasha setelah lega dengan tangisnya.

“Hah? Kemana?” tanya Bintang.

“Katanya pertukaran pelajar.” jawab Sasha.

Bintang hanya mengangguk.

“Ca, lo suka sama Kala?” tanya Bintang.

Sasha.. Tak tahu harus menjawab bagaimana.

“Ca, tenang aja ya. Masih ada gue. Gue gabakal ninggalin lo.”

“Masa?”

“Iya.”

“Ok.”

“Lo jangan hemat-hemat kalo ngomong, kayak bukan lo. Apa perlu gue panggil Dewa ni buat ngelawak? Tapi lawakannya garing sih.”

“Ga, gue mau eskrim aja.”

“Yaudah ni eskrim gue buat lo aja, belom gue makan noh.”

“Oke mksie.”

“Heran, dipancing eskrim doang langsung berubah.”

Yang dibicarakan hanya senyum-senyum dengan muka merah sehabis menangis sambil makan eskrim.


Tetapi, di dalam hati Sasha, ia masih ingin menangis. Tak tau kenapa, padahal ia dan Kala baru dekat tak begitu lama.