klarifikasi (2)


“CACAAAA.” teriakan itu terdengar sampai kamar Sasha. Ya, siapalagi kalau bukan Bintang.

“Brisik banget lo apaan sih cepetan mau ngomong apa.” ucap Sasha sesampainya diluar.

“Mau klarifikasi lagi.”

“Klarifikasi apaan?”

“Tadi yang dikelas.”

“Oh, kenapa.”

Raut Sasha berubah dari kesal menjadi malas.

“Salah paham.”

“Ooh.”

“Beneran Caa, masa iya gue mau tunangan sama Enzy, kan ada lo.”

“Terus itu maksudnya?”

“Kemaren mamanya si Enzy bilang katanya mau jodohin karena mamanya sama bunda temenan, eh si Enzy langsung kegirangan. Tapi engga kok, bunda pasti juga lebih setuju kalo anaknya sama Caca sih.”

“Ooh gitu.”

“Lah kok masih pundung?”

“Siapa?”

“Ca,” Bintang membenarkan posisinya menjadi di depan Caca dan menatapnya, “Pacaran yuk?”

“Hah?”

“Oke, sekarang kita pacaran.”

“Heh gue belom ngomong apa-apa ya.”

“Ya lo lama sih, kan waktu di pantai gue bilang sama lo. Jangan bilang lo lupa?”

“Dih engga lah, emangnya elo, suka lupaan.”

“Ciee, hafal ya.”

“Hmm, dahlah.”

“Ih kok ngambek lagi, padahal belom 5 menit pacaran.”

“Apaan sih loo.”

“Ya lo mau ga? Daripada keduluan Enzy, nanti nanges.”

“Ga lah.”

“Mau ga?”

“Iya deh.” ucap Sasha dengan suara pelan.

“Iya apa?”

“Apa ya?”

“Cacaaa.”

“Iya, kita pacaran.”

“Asiik, udah bisa manggil sayang ni ya berarti?”

“Ya terserah.”

“Oke sayang, mau eskrim ga? Aku beliin, lagi baik ni.” kata Bintang sambil merangkul pundak Caca dan mencubit pipinya.

“Nanaaa.”

“Mau ga?”

“Mau lah.”

“Kuy meluncur.”